Kamis, 24 Maret 2011

Tuberkulosis (TB) “Air Borne Diseases”

“Air Borne Diseases”
Tuberkulosis (TB)

Karina Fitriani
Mahasiswa FKM UNDIP

A.Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang.(WHO) Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

B.Epidemiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, khas ditandai dengan terjadinya pembentukan granuloma dan nekrosis. Infeksi ini paling sering mengenai paru, akan tetapi dapat juga meluas mengenai organorgan tertentu.
Cara penularan TB paru dapat terjadi secara langsung melalui percikan dahak yang mengandung kuman TB, terisap oleh orang sehat melalui jalan napas dan kemudian berkembang biak di paru. Dapat juga terjadi secara tidak langsung bila dahak yang dibatukkan penderita ke lantai atau tanah kemudian mongering dan menyatu dengan debu, lalu beterbangan di udara; bila terisap orang sehat akan dapat menjadi sakit. Berdasarkan cara penularan ini, TB paru juga dimasukkan dalam golongan airbone disease.
TB paru masih merupakan masalah kesehatan utama di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, di mana sebagian besar penduduknya hidup di pedesaan dengan derajat kesehatan yang masih rendah. Untuk Indonesia keadaan ini tercermin pada prevalensi TB paru dengan BTA (+) yang masih cukup tinggi yaitu 0,3 persen, berarti di antara 1000 orang penduduk Indonesia dapat dijumpai 3 orang penderita TB paru yang masih potensial menular. Di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian nomor empat setelah penyakit infeksi saluran napas bawah, diare dan penyakit jantung koroner. Penyebaran infeksi TB dapat melalui :
• Percabangan bronkus, menyebar ke paru yang lain, taring, dan juga dapat ke saluran cerna.
• Sistem limfe, menyebabkan limfadenopati regional atau secara tak langsung melalui duktus limfatikus masuk ke dalam darah, menimbulkan penyebaran miller.
• Aliran darah, pembuluh balik pulmoner dapat membawa bahan-bahan yang infektif, menyebar jauh terutama ke tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak dan selaput otak.
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.

C.Etiologi Tuberkulosis

•Agent TB
Penyakit TB (tuberculosis) disebabkan oleh bakteri yaitu Mycobacterium tuberculosis. Infeksi ini paling sering mengenai paru, akan tetapi dapat juga meluas mengenai organ-organ tertentu.

•Host penyakit TB
Hospes definitif adalah hospes tempat parasit, hidup dan tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak secara seksual. Hospes dari penyakit TB adalah manusia.

•Environment
Penyakit TB dipengaruhi oleh factor lingkungan fisik yaitu berupa udara,air dan sanitasi tempat tinggal yang buruk, lingkungan biologi penyakit TB yaitu bakteri tuberculosis atau Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan lingkungan sosial penyakit TB dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal, peran keluarga , kebiasaan hidup masyarakat, sistem pelayanan kesehatan yang masih kurang memadai ,dan ekonomi.

D.Jenis-jenis Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) di golongkan menjadi 2 bagaian,yaitu :

1.Tuberkulosis primer Infeksi primer terjadi sebagian besar pada anak-anak umur di atas 5 tahun. Sumber penularan berasal dari penderita yang mengeluarkan kuman, biasanya dengan kontak erat terus menerus. Empat minggu setelah kuman TB masuk melalui saluran napas, akan terjadi fokus primer di paw, diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus/regional. Fokus primer yang disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening regional dikenal dengan kompleks primer.

2.Infeksi Tuberkulosis post primer Infeksi post primer diartikan terjadinya TB paru setelah beberapa saat mendapatkan infeksi primer dan telah timbul reaksi hipersensitivitas. Dalam hal ini termasuk kasus-kasus reinfeksi atau reaktivasi dari infeksi yang terjadi beberapa tahun kemudian. Reaktivasi cenderung terjadi pada usia produktif, biasanya berkisar di antara 15 – 40 tahun. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya reaktivasi ini adalah gangguan pada system imunologik tubuh. Tuberkulosis post primer biasanya paling sering terletak pada segmen apikal lobus atas maupun lobus bawah.

E.Gejala-gejala timbulnya Penyakit Tuberkulosis (TB)

i.Gejala sistemik (umum), berupa :
a) Demam
Salah satu keluhan pertama penderita TB paru adalah demam seperti gejala influenza. Biasanya demam dirasakan pada malam hari disertai dengan keringat malam, kadang-kadang suhu badan dapat mencapai 40° – 41° C. Serangan seperti influenza ini bersifat hilang timbul, dimana ada masa pulih diikuti dengan se rangan
berikutnya setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan (dikatakan sebagai multiplikasi 3 bulan). Rasmin mengatakannya sebagai serangan influenza yang melompat-lompat dengan masa tidak sakit semakin pendek dan masa serangan semakin panjang.
b)Gejala yang tidak spesifik
TB paru adalah peradangan yang bersifat kronik, dapat ditemukan rasa tidak enak badan (malaise), nafsu makan berkurang yang menyebabkan penurunan berat badan, sakit kepala dan badan pegal-pegal. Pada wanita kadang-kadang dapat dijumpai gangguan siklus haid.

ii.Gejala respiratorik (paru)
a) Batuk
Pada awal teljadinya penyakit, kuman akan berkembang biak di jaringan paru; batuk baru akan terjadi bila bronkus telah terlibat. Batuk merupakan akibat dari terangsangnya bronkus, bersifat iritatif. Kemudian akibat terjadinya peradangan, batuk berubah menjadi produktifkarena diperlukan untuk.membuang produk-produk ekskresi dari peradangan. Sputum dapat bersifat mukoid atau purulen.
b) Batuk darah
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah; berat atau ringan nya batuk darah tergantung dari besarnya pembuluh darah yang pecah. Gejala batuk darah ini tidak selalu terjadi pada setiap TB paru, kadang-kadang merupakan suatu tanda perluasan proses TB paru. Batuk darah tidak selalu ada sangkut pautnya dengan terdapatnya kavitas pada paru.
c) Sesak napas
Sesak napas akan terjadi akibat luasnya kerusakan jaringan paru, didapatkan pada penyakit paru yang sudah lanjut. Sedangkan pada penyakit yang baru tidak akan dijumpai gejala ini.
d) Nyeri dada
Biasanya terjadi bila sistem saraf terkena, dapat bersifat local atau pleuritik.

F.Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

•Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
•Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister ) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kal seminggu.
•Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
•Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
•Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
•Prinsip pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk menjamin kepatuhan penderita menelan obot , pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed Treatment) oleh seorang pengawas Menelan Obat (PMO ) Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.

G.Penanggulangan Tuberkulosis (TB)

Prinsip control disease untuk penyakit TB :
•penderita
1.Pengobatan para penderita Tuberkulosis biasanya dengan melakukan perawatan intensif di rumah sakit,agar di dapat pengawasan langsung,untuk menjamin keteraturan pengobatan.
2.Lakukan identifikasi segera terhadap semua penderita,agar dapat mengantisipasi penyebaran.

•Contact Person/ perorangan pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
1.Penggunaan vaksin BCG (bacille Calmette -Guerin).
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan (bakteri, virus, atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang menular. Vaksin BCG merupakan suatuattenuated vaksin1 yang mengandung kultur strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC dan telah digunakan sejak tahun 1921. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 – 80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active tuberculosisdan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
2.Pengobatan pada pasien latent tuberculosis.
Laten TB adalah di mana pasien terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis , tetapi tidak memiliki penyakit TB aktif. Pasien dengan TB laten yang tidak menular, dan tidak mungkin untuk mendapatkan TB dari seseorang dengan TB laten.
3.Pengobatan pada pasien active tuberculosis dengan menggunakan antibiotik (isoniazid, rifampin, dsb) selama kurang lebih 6 bulan.
4.Menghindari udara dingin.
5.Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur.
6.Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari.
7.Memakan Makanan yang tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
8.Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
• www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf
• www.who.int/tb/publications/2006/istc_report.pdf -
• http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_DiagnosisTuberkulosisParu.pdf/05_DiagnosisTuberkulosisParu.pdf

• http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/04_MasalahPenyakitTuberkulosis.pdf/04_MasalahPenyakitTuberkulosis.pdf

Senin, 21 Maret 2011

diare

“food and Water Borne Diseases”

A.Pengertian Diare
Diare menurut WHO didifinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.Diare juga merupakan keadaan frekuensi buangair besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi fesesencer dapat berwarna hijau atau dapat pulabercampur lendir dan darah atau lendir saja, (WHO.1980)
Diare adalah adalah kondisi di mana terjadifrekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebihdari 200 gram per hari) dan konsistensi (fesescair . Pada definisi ini elas menyebutkan frekuensi diare terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari.

(smeltzer,2002)
Definisi diare yang diberikan oleh Depkes RI(2003) adalah penyakit yang ditandai denganperubahan bentuk dan konsistensi fesesmelembek sampai mencair dan bertambahnyafrekuensi buang air besar (BAB) lebih banyakdari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari).

B.Epidemiologi Diare
Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair ( setengah padat ), dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gr atau 200 ml/24 jam. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit. Diare akut merupakan masalah umum yang ditemukan di seluruh dunia. Seperti di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien, sementara di beberapa Rumah sakit di Indonesia data menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi terdapat pada peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke Rumah sakit. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) dengan penderita yang cukup banyak dan dalam waktu singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Penyakit menular yang disebabkan oleh perantaraan air secara langsung biasannya dikalangan masyarakat disebut penyakit bawaan air “Water Borne Diseases”. Penyakit-penyakit ini hanya bisa menyebar apabila mikro organisme penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air seperti virus, bakteri protozoa dan metazoa. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air yang disebabkan oleh bakkteri vibrio cholera, E. Coli, Salmonella paratyphi dan shigella dysentriae yang disebabkan oleh protozoa entamoeba histolytica dan sebagainnya. E. Choli patogen adalah penyebab utama diare khususnya pada orang-orang yang suka berpergian atau sering disebut pelancong.

C.Etiologi Diare
• Agent Diare
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus,parasit,jamur, tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria,yaitu :
 Bakteri
Escherichia coli, Shigella spp., Salmonella spp., Campylobacter jejuni, Yersinia
enterocolitica, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyicus, Staphylococcus aureus,
Bacillus cereus, Clostridium botulinum, Clostridium difficile, Clostridium
perfrigens, Mycobacterium tuberclosis.
 Virus
Rotavirus, Calcivirus/Norwalk virus, Adenovirus(Ad40 dan Ad41),Astrovirus,
Echovirus.
 Protozoa
Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia lamblia, Cryptosporodium
parvum.
 Jamur
Candida albicans, Manita phalloides.
 Cacing
Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Parasit cryptosporidium atau microsporidium menyebabkan diare yang terjadi pada banyak Odha. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.
• Host penyakit diare
Hospes definitif adalah hospes tempat parasit, hidup dan tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak secara seksual. Hospes dari penyakit diare adalah manusia.
• Environment
Penyakit diare dipengaruhi oleh factor lingkungan fisik yaitu berupa air dan sanitasi makanan yang buruk, lingkunga biologi penyakit diare yaitu rotavirus, bakteri, dan juga Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia. Sedangkan lingkungan sosial penyakit diare dipengaruhi oleh konsumsi makanan jajanan sekolah yang tidak terjamin kebersihannya, lingkungan tempat tinggal, peran keluarga ,kebiasaan hidup masyarakat, sistem pelayanan kesehatan yang masih kurang memadai ,dan ekonomi.

D.Jenis-jenis Diare
1. Diare akut
2. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) berdampak pada infeksi sistemik (menyeluruh) berat,dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi(kekurangan) vitamin dan mineral
3. Disentri adalah diare disertai darahdengan ataupun tanpa lender
4. Kholera adalah diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera
5. Diare persisten = lebih dari 2 minggu


E.Gejala-gejala timbulnya diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, Khas berak-berak air (watery), berbusa, tidak ada darah atau lendir, dan berbau asam. yang kadang disertai:
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan
• Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kuran.

F.Pengobatan Diare
Pengobatan Diare dengan oralit merupakan penemuan terbesar jaman ini menurut WHO. Tetapi banyak dokter dan pasien tidak sadar untuk memakai obat sederhana ini dari mulanya. Hal ini agaknya disebabkan karena oralit tidak langsung dirasakan manfaatnya untuk menghentikan diare dan malah dapat menginduksi muntah. Semua ini terjadi karena WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan tidak memberitahu cara pemakaian oralit yang benar. Bila oralit dicampur 1 sachet dalam segelas (200 cc) air dan diteguk sekaligus maka sering penderita akan muntah dan terasa akan buang air besar lagi.
Cara minum oralit ini salah. Yang benar ialah bahwa larutan oralit harus diteguk sedikit demi sedikit, 2-3 teguk dan berhenti 3 menit untuk memberi kesempatan oralit diserap oleh usus dan menggantikan garam dan cairan yang hilang dalam feses. Prosedur ini harus diulang terus menerus sampai 1 gelas habis. Bila diare masih berlanjut secara profus maka minum oralit harus diteruskan sampai beberapa bungkus/gelas (3-8) sehari. Tindakan ini biasanya akan menghentikan diare dengan cepat dan efisien.

Kalau oralit tidak ada buatlah larutan garam gula. Ambillah air teh (masak) 1 gelas. Masukkan dua sendok teh peres gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Diaduk rata dan diberikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum. Bila diare tak terhenti dalam sehari atau penderita lemas sekali bawalah segera ke Puskesmas.
Obat-obat yang biasanya dipergunakan adalah asam amino Lglutamin, bismuth subsalisilat, atapulgit dan loperamid. Beberapa produk lain yang biasanya dijual untuk mengobati sembelit juga dapat membantu dengan diare. Produk ini mengandung serat larut, yang menambah besarnya kotoran dan menyerap air. Produk ini termasuk produk yang mengandung psylium.

G.Pengendalian Diare
I.Pengendalian Diare Pada Anak
• Penanganan Yang terbaik adalah tetap memberikan makanan dan minum (ASI) seperti biasa. Bila sudah disertai muntah, untuk pengantian cairan anda dapat memberikan pedialyte ( oralit unutk anak-anak dengan beberapa rasa). Kurangi makanan yang mengandung terlalu banyak gula. Ingat memang tidak mudah memberikan anak cairan yang agak terasa asin ini, bahkan beberapa anak akan menolaknya. Tapi bersabarlah dan tetap berusaha mencari jalan supaya anak dapat meminum cairan ini.
• Dan yang paling terpenting adalah membuat anak kembali kemakanan padatnya (susu formulanya/ASI) karena ini adalah yang terbaik untuk mengobati diarenya. Karena sel-sel usus yang dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali. Penelitian menyatakan bahwa pemberian makanan seperti biasanya akan memperpendek masa waktu gejala dari diare ini.
• Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang menderita diare. Selain ASI, imunisasi campak ternyata bisa mencegah diare.
• Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 4 bulan.
• Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan / serangga , maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan untuk si kecil.
• Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
• Hubungi dokter anda, bila:
 Diare disertai darah, perlu pengobatan spesifik dengan antibiotika.
 Adanya tanda-tanda dehidrasi ( tidak ada air mata ketika menangis, kencing berkurang atau tidak ada kencing dalam 6-8 jam, mulut kering)
 Adanya panas tinggi (.38.5C) yang tidak turun dalam 2 hari.
 Muntah terus menerus - tidak dapat masuk makanan / asi.
 Adanya sakit perut – kolik, pada bayi akan menangis kuat dan biasanya menekuk kaki, keringatan dan gelisah.
II.Pengendalian Diare Pada Orang dewasa
• Mengubah apa yang kita makan.Beberapa jenis makanan dapat mengakibatkan diare, dan yang lain dapat membantu menghentikannya. Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan rendah serat dah halus seperti bubur nasi atau nasi lemes dengan lauk telur asin. Di sini nasi akan menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur asin akan memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai zat pembangun tubuh.
• Jangan makan:
 produk susu (susu atau keju)
 masakan yang digoreng
 makanan berlemak termasuk mentega, margarin, minyak atau kacang
 makanan pedas
 makanan yang mengandung banyak serat yang tidak larut. Ini termasuk buah-buahan atau sayuran mentah, roti gandum, jagung, atau kulit dan biji buahan
• Sebaiknya makan:
 Pisang
 nasi putih
 saus apel
 sereal
 roti tawar bakar atau biskuit kraker
 makaroni atau mie biasa
 telur rebus
 bubur gandum
 kentang rebus tumbuk
 yoghurt (walau ini produk susu, makanan ini sebagian dicernakan oleh bakteri yang dipakai untuk membuatnya)
• Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
 sebelum makan,
 setelah buang air besar,
 sebelum memegang bayi,
 setelah menceboki anak dan
 sebelum menyiapkan makanan;
• Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi, Sering-seringlah minum air putih yang banyak karena dengan sering buang air besar maka tubuh akan kehilangan banyak cairan yang harus selalu digantikan dengan cairan yang baru. Setiap setelah BAB minumlah satu atau dua gelas air putih atau air mineral yang bersih dan sudah dimasak.
• Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
• Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
• Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.
• Istirahat yang cukup
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang buang-buang air akan terasa lemah, lemas, lesu, kurang bergairah, dan sebagainya. Untuk itu bagi anda yang sudah merasa sangat lemas sebaiknya meminta izin sekolah atau kantor untuk menghindari dari kemungkinan yang terburuk atau memalukan di tempat umum. Tidur sebanyak-banyaknya namun tidak melupakan waktu makan makanan dan obat harus teratur, banyak minum, beribadah dan berdoa dan lain-lain

Daftar Pustaka
1. Suharyono, 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorium, Rineka Cipta, Jakarta
2. WHO, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.
3. Staf pengajar FKUI,2008.parasitologi kedokteran,balai penerbit FKUI, Jakarta
4. Departemen Kesehatan RI, 2009, Promosi kesehatan Diare. Jakarta
5. Azwar,A., 1997. Pengantar Epidemiologi, PT. Bina Rupa Aksara, Jakarta

Karina Fitriani
MAHASISWA FKM UNDIP

Rabu, 01 Desember 2010

KLB (epidemiologi)

KLB (Kejadian Luar Biasa)

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1.Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

2.Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

3.Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

4.Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Herd Imunitas

Komunitas kekebalan atau "kekebalan kelompok" merupakan bagian penting untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit. Karena orang-orang divaksinasi memiliki antibodi yang menetralisir kuman, mereka sangat kecil kemungkinannya untuk menularkan kuman itu kepada orang lain. Jadi, bahkan orang yang belum divaksinasi (dan orang-orang yang vaksinasi telah menjadi lemah atau vaksin yang tidak sepenuhnya efektif) sering dapat terlindung oleh kekebalan kawanan karena orang divaksinasi di sekitar mereka tidak mendapatkan sakit. kekebalan Herd lebih efektif sebagai persentase orang divaksinasi meningkat. Diperkirakan bahwa sekitar 95% dari orang-orang di masyarakat harus dilindungi oleh vaksin untuk mencapai kekebalan kawanan. Orang yang tidak diimunisasi meningkatkan kemungkinan bahwa mereka dan orang lain akan mendapatkan penyakit ini.
Untuk beberapa penyakit, bagaimanapun, kekebalan kawanan menawarkan perlindungan. Sebagai contoh, tetanus tidak menular.Hal ini dikontrak ketika luka datang dalam kontak dengan tanah yang terkontaminasi dengan bakteri tetanus.Penting untuk diingat bahwa beberapa orang mungkin tidak dilindungi dari penyakit meskipun telah divaksinasi. Sekitar 1 atau 2 dari setiap 20 orang diimunisasi tidak akan memiliki respon imun memadai untuk vaksin. Tetapi jika 95% dari populasi diimunisasi, maka orang yang tidak terlindungi mungkin terkena kuman sama sekali, sehingga mereka memiliki kesempatan lebih kecil untuk menjadi terinfeksi.

Cara pencegahan wabah ada beberapa cara,yaitu :
1.pencegahan primodial :
merupakan tingkat pencegahan yang paling baru dikenal, pencegahan ini adalah untuk menghindari kemunculan dari faktor risiko, pencegahan ini yang efektif memerlukan adan ya peraturan yang tegas dari yang berwenang untuk tidak melakukanhal-hal yang menjadikan faktor risiko bagi timbulnya penyakit tertentu.
2.pencegahan Tingkat pertama (primary Prevention)
sasaran yang ditunjukan pada faktor penyebaba bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi,pasteurisasi,penyemprotan insektisida,dll.
3.pencegahan tingkat ke dua:
sasaran pencegahan ini terutama ditunjikan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita,tujuan dari usaha ini yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah.
4.pencegahan tingkat ke tiga:
sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami kecacatan atau kelainan permanen,mencegah bertambah parahn ya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini dilakukan usha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan penyakit tertentu.

Jumat, 26 November 2010

TUGAS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN SURVEILANS

SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH

A.Pengertian Surveilans
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan (menurut WHO). Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan data. Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering di pahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan dana dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu menyembunyikan makna analisis dan penyebaran informasi epidemiologi sebagai bagian yang sangat penting dari proses kegiatan surveilans epidemiologi.
Tujuan dari surveilans sendiri adalah Tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota Indonesia sehat 2010.
B. Pengertian DBD dan system survveilans DBD
Penyakit demam berdarah dengue (dengue haemoragic fever) atau lebih dikenal dengan penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk aedes aegepty.Penyakit DBD masih merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Hal ini disebabkan karena DBD adalah penyakit yang angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Cara paling efektif untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup nyamuknya.Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD melalui fogging atau penyemprotan. Padahal ada cara lain yang lebih sederhana dan aman yang dikenal oleh masyarakat sebagai 3 M plus yakni menutup dan menguras TPA seminggu sekali secara berkala, mengubur barang-barang bekas yang menjadi sarang nyamuk, menggunakan repellent, dan lainnya sesuai dengan kondisi setempat.

SISTEM SURVEILANS
Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, Propinsi dan Pusat.

C.SURVEILANS DBD di KOTA JAKARTA
Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan, kasus DBD di Jakarta hingga 17 Mei 2010 sebanyak 8.388 kasus. Angka ini menurun drastis dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 18.343 kasus atau terjadi penurunan sebanyak 9.955 kasus. Bahkan rata-rata tingkat kematian atau case vitality rate (CVR) akibat DBD di Jakarta juga menurun dibandingkan CVR nasional. Jika CVR di DKI Jakarta mencapai 0,02 persen, maka CVR nasional sebesar 1persen. “Kasus DBD di DKI Jakarta menurun drastis dibandingkan tahun lalu. Ini dikarenakan gencarnya gerakan PSN tiap hari Jumat. Turunnya Gubernur langsung ke kelurahan mengikuti gerakan PSN dan kegiatan 3M sudah menjadi pola hidup warga Jakarta,” kata Ida Bagus Nyoman Banjar, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DKI, Rabu (19/5).
Dia merinci, selama periode Januari hingga 17 Mei 2010, kasus DBD terbanyak terjadi pada Maret 2010 yaitu sebanyak 2.560 kasus dan tiga orang diantaranya meninggal dunia. Kasus kedua terbanyak terjadi pada bulan April dengan 2.254 kasus dan sembilan orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan Februari terdapat 1.845 kasus dengan dua orang meninggal dunia, dan Januari terjadi 1.514 kasus dan tidak ada yang meninggal dunia, serta per 17 Mei terdapat 215 kasus dengan satu orang meninggal dunia. “Jadi korban meninggal dunia akibat DBD sepanjang tahun 2010 ini mencapai 15 orang dari 8.388 kasus,” ujarnya. Sementara dari lima wilayah kota administrasi dan satu kabupaten, kasus DBD tertinggi terdapat di Jakarta Timur dengan 2.262 kasus. Disusul Jakarta Selatan 2.143 kasus, Jakarta Utara 1.645 kasus, Jakarta Barat 1.383 kasus, Jakarta Pusat 954 kasus, dan Kepulauan Seribu satu kasus. Namun, jika dilihat dari rata-rata tingkat kasus penyebaran DBD atau insiden rate (IR) DBD, Jakarta Utara menempati peringkat pertama meski jumlah kasus yang terjadi lebih rendah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Hingga Mei 2010 rata-rata insiden rate di Jakarta Utara mencapai 112,7 per 100.000 penduduk. Sementara IR DBD Jakarta Pusat mencapai 106,6 per 100.000 penduduk, Jakarta Barat mencapai 112,7 per 100.000 penduduk, Jakarta Selatan mencapi 100,1 per 100.000 penduduk, Jakarta Timur mencapai 93,2 per 100.000 penduduk, dan Kepulauan Seribu mencapai 5,1 per 100.000 penduduk. “IR Jakarta Utara lebih tinggi dari Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, dikarenakan jumlah penduduk di Jakarta Utara lebih sedikit dari kedua wilayah tersebut. Itu yang mengakibatkan IR-nya cukup tinggi,” tuturnya. Meski jumlah kasus DBD menurun, namun jumlah kelurahan yang masuk dalam kategori zona merah DBD atau zona rawan DBD masih tergolong banyak. Pada April 2010, jumlah kelurahan yang masuk zona merah DBD mencapai 104 kelurahan dari 267 kelurahan. Rinciannya, Jakarta Pusat sebanyak 27 kelurahan, Jakarta Selatan 25 kelurahan, Jakarta Timur 22 kelurahan, Jakarta Barat 16 kelurahan, dan Jakarta Utara 14 kelurahan. Jumlah kelurahan yang rawan DBD itu juga cenderung naik setiap bulan. Pada Januari, jumlah kelurahan zona merah DBD mencapai 97 kelurahan, Februari 106 kelurahan, dan Maret 103 kelurahan. “Sistem zoning ini merupakan early warning system untuk mendeteksi lebih dini agar penyebaran DBD tidak tinggi. Selain itu juga sebagai pemetaan kasus DBD, sehingga kegiatan PSN dengan pola 3M dan jumantik semakin ditingkatkan di kelurahan zona merah,” ungkapnya.
surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Kaitan dengan kasus di kota Jakarta seperti diatas maka kaitannya dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit (DBD) atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Manajemen Surveilans

Surveilans mencakup dua fungsi manajemen:
1. fungsi inti
Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi kesehatan masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun laboratoris, umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan masyarakat mencakup respons segera (epidemic type response) dan respons terencana (management type response).
2. Fungsi pendukung
Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumber daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb et al., 2002).


C. Langkah-Langkah Pengembangan Surveilans Epidemiologi Berbasis Masyarakat

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan persiapan internal dan persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

Persiapan
1. Persiapan Internal
Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya pelaksanaan.

a. Petugas Surveilans
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas seyogyanya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas.

b. Pedoman/Petunjuk Teknis
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.

c. Sarana & Prasarana
Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti : kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.

d. Biaya
Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.

2. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan surveilans di desa siaga. Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan surveilans.
Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.




Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja sebagai berikut :

1. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya
2. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data
3. Analisis dan interpretasi data
4. Studi epidemiologi
5. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
6. Membuat rekomendasi dan alternatif tindaklanjut
7. Umpan balik.

E.Strategi Surveilans

 Advokasi dan dukungan perundang-undangan
 Pengembangan sistem surveilans sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan program secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota, termasuk penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini kejadian lua biasa penyakit dan bencana
 Peningkatan mutu data dan informasi epidemiologi
 Peningkatan profesionalisme tenaga epidemiologi
 Pengembangan tim epidemiologi yang handal
 Penguatan jejaring surveilans epidemiologi
 Peningkatan surveilans epidemiologi setiap tenaga kesehatan
 Peningkatan pemanfaatan teknologi komunikasi informasi elektromedia yang terintegrasi dan interaktif.

F. Sumber Data surveilens

Sumber data surveilans epidemiologi meliputi :
 Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
 Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat.
 Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat
 Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika
 Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
 Data kondisi lingkungan.
 Laporan wabah
 Laporan penyelidikan wabah/KLB
 Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
 Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya
 Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
 Laporan kondisi pangan.
 Data dan informasi penting lainnya. (kepmenkes,2003)



DAFTAR PUSTAKA
1. Dinkes Kota Jakarta, Data Kasus DBD tahun 2009 dan 2010.
2. Dirjen P2PL Depkes RI, Panduan Praktis Surveilans Epidemiologi Penyakit, 2003.

Jumat, 15 Oktober 2010

EPIDEMIOLOGI


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit pada manusia. Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut orang( usia, jenis kelamin, ras), tempat(penyebaran geografis) dan waktu, sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebabnya.
Istilah epidemiologi berasal dari kata epi(atas), demos( rakyat,penduduk), dan logos(ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi atau menimpa penduduk. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi(wabah).
Umumnya epidemiologi dapat dibagi atas tiga jenis utama yakni:
  1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif berkaitan dengan definisi epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan masyarakat. Disini dipelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat. Langkah awal untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dari segi epidemiologi dengan menjelaskan siapa yang terkena dan dimana serta kapan terjadinya masalah itu.
Siapa : faktor orang dalam menjawab siapa yang terkena masalah bisa berupa variable umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Dimana : pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja, atau dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan.
Kapan : kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat berupa jam, hari, minggu, bulan dan tahun.
  1. Epidemiologi Analitis
Epidemiologi analitis berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis faktor-faktor masalah kesehatan. Disini diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa(why) atau apa penyebab terjadinya masalah itu.
  1. Epidemiologi Eksperimental
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya faktor luaran(penyakit), maka perlu diuji faktor kebenarannya dengan percobaan atau eksperimen.


A.PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT PENDAPAT PARA AHLI.
  1. Greenwood ( 1934 )
    Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk. Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.

    2. Brian Mac Mahon ( 1970 )
    Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.

    3. Wade Hampton Frost ( 1972 )
    Mendefinisikan Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang fenomena massal ( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah ( Natural History ) penyakit menular.
    Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa.

    4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )
    Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.
    5.Abdel R. Omran ( 1974 )

    Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
    6.Hirsch ( 1883 )

    Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis – jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal
    7.Robert H. Fletcher ( 1991 )

    Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.
Menurut WHO epidemiologi
ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yg menimpa sekelompok masyarakat, dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan.
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.


B.Batasan Epidemiologi
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni:
1.Frekwensi masalah kesehatan
Frekeunsi yang dimaksudkan di sini menunjuk kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui frekwensi suatu masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus dilakukan yakni menemukan masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
2.Penyebaran masalah kesehatan
Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini adalah menunjuk pada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Yakni menurut ciri-ciri manusia ( man ), tempat ( place ), dan waktu ( time ).
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menunjuk kepada faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekwensi, penyebaran dan ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri.
C.Tujuan Epidemiologi
Menurut Lilienfield dan Lilienfield, ada tiga tujuan umum studi epidemiologi, yaitu:
1.Untuk menjelaskan etiologi satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial atau perilaku

2.Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.

3.Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah – langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang beresiko, dan untuk pengembangan langkah – langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan, yang kesemuanaya itu akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah – langkah, kegiatan, dan program intervensi

D.Ruang Lingkup Epidemiologi
Adapun ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut :
  1. Epidemiologi penyakit menular
  2. Epidemiologi penyakit tidak menular
  3. Epidemiologi klinik
  4. Epidemiologi kependudukan
  5. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
  6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
  7. Epidemiologi kesehatan jiwa
  8. Epidemiologi gizi.

E.Manfaat Epidemiologi
1.Dpt mengidentifikasi & mengukur besarnya masalah kesehatan, menjelaskan kelompok resiko tinggi, dan menentukan penyebab dari masalah kesehatan tersebut.
2.U/ memahami perjalanan dari  s/ penyakit
3.Penting u/ pengamatan & penanggulangan penyakit.
4.Merupakan masukan bagi perencanaan, monitoring dan evaluasi upaya kesehatan.
5.Testing pengobatan/terapi baru.


Peranan epidemiologi dalam masalah kesehatan masyarakat
Meninjau dari penjelasan tentang pengertian epidemiologi, serta ruang lingkupnya, seorang ahli epidemiologi atau epidemiolog memiliki peran-peran penting dalam kesehatan masyarakat. Ada beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah:
1.Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahannya.
2.Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.
3.Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.
4.Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam masyarakat.

Peranan dalam masalah kesehatan masyarakat
  • Epidemiologi digunakan untuk berbagai keperluan, penelitian-penelitian di bidang epidemiologi yang dilakukan pada masa lampau banyak berkaitan dengan kausa-kausa (etiologi) penyakit-penyakit menular,dan kegiatan tersebut masih tetap esensial,karena dapat mengarahkan kepada identifikasi dari metode-metode pencegahan penyakit.
  • Epidemiologi perananya sebagai alat diagnosis keadaan kesehatan masyarakat, epidemiologi dapat memberikan gambaran atau diagnosis tentang masalah yang berkaitan dengan kemiskinan, contohnya : berupa malnutrisi, overpulasi,kesakitan ibu,rendahnya kesehatan infant,alcoholism,anemia,penyakit-penyakit parasit dan kesehatan mental.

Kesimpulan
  • Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit pada manusia,dapat dideskripsikan menurut orang( usia, jenis kelamin, ras), tempat(penyebaran geografis) dan waktu, sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebabnya.
  • Batasan epidemiologi :
  1. frekuensi masalah kesehatan
  2. penyebaran masalah kesehatan
  3. faktor-faktor yang mempengaruhi
  • ruang lingkup epidemiologi mencakup, Epidemiologi penyakit menular,Epidemiologi penyakit tidak menular,Epidemiologi klinik, Epidemiologi kependudukan,Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan ,Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja, Epidemiologi kesehatan jiwa,Epidemiologi gizi.
  • Peranan epidemiologi dalam masalah kesehatan yaitu Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat, Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan, Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan, Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya.


    Daftar Pustaka
    1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
    3. Azwar, Azrul (1999) Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Bina Rupa Aksara
    4. Prof. Dr. Soekidji Notoatmojo. prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. cet ke-2,mei jakarta : Rineka Cipta. 2003.


Nama : Karina Fitriani
MAHASISWA FKM UNDIP